Kartini, Tokoh zaman dulu yang tidak lekang oleh zaman dengan segala kecerdasannya, menolak praktik-praktik adat yang merendahkan perempuan. Ia melihat sendiri bagaimana perempuan di lingkungannya dibatasi, dipinggirkan, dan dipaksa mengikuti tradisi yang merugikan mereka. Pernikahan dini, misalnya, adalah salah satu praktik yang sangat ia tolak. Ia menyaksikan bagaimana masa depan perempuan muda hancur karena dipaksa menikah di usia sangat muda, sebelum mereka memiliki kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri. Kartini menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk melepaskan perempuan dari belenggu ketidakadilan tersebut.
Bukan hanya pernikahan dini, Kartini juga menentang praktik-praktik lain yang membatasi perempuan, seperti larangan perempuan untuk mengenyam pendidikan formal, keharusan untuk selalu berada di rumah, dan terbatasnya kesempatan untuk berkarya dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Ia melihat ketidaksetaraan ini sebagai penghalang bagi kemajuan bangsa. Melalui surat-surat dan tulisannya, ia dengan berani mengkritik praktik-praktik adat yang merugikan perempuan dan menyerukan perubahan.
Penolakan Kartini terhadap adat yang merendahkan perempuan bukan semata-mata karena ia ingin melepaskan diri dari tradisi. Ia memiliki visi yang jauh lebih besar, yaitu untuk memajukan perempuan dan bangsa Indonesia. Ia percaya bahwa perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki, dan bahwa dengan memberikan kesempatan yang sama pada perempuan, Indonesia akan menjadi bangsa yang lebih maju dan sejahtera. Keberaniannya untuk melawan arus dan memperjuangkan hak-hak perempuan menjadikannya sebagai sosok yang sangat inspiratif hingga saat ini. Kisah perlawanannya menjadi bukti nyata bahwa perubahan dimulai dari keberanian untuk menolak ketidakadilan dan memperjuangkan kesetaraan.
Jika dulu ada sosok Kartini, di era sekarang muncul sosok lain yang menyuarakan emansipasi wanita, salah satunya adalah Ning Imaz
Ning Imaz, seorang perempuan muda yang berani melawan arus dan menolak pernikahan dini, merupakan sosok inspiratif bagi banyak orang, khususnya perempuan. Beliau adalah influencer dengan banyak pengikut, yang memanfaatkan digital untuk berdakwah dan menyampaikan aspirasinya. Kisahnya menjadi bukti bahwa perempuan memiliki kekuatan untuk menentukan nasibnya sendiri dan memperjuangkan hak-haknya.
Meskipun informasi mengenai Ning Imaz terbatas, semangatnya dalam menolak pernikahan dini dan memperjuangkan pendidikan bagi perempuan merupakan pesan yang kuat. Ia menunjukkan bahwa perempuan tidak boleh menjadi korban dari tradisi yang merugikan.
Ning Imaz, dengan keberaniannya, merupakan simbol perlawanan terhadap praktik-praktik yang merugikan perempuan. Ia menunjukkan bahwa perempuan memiliki hak untuk menentukan masa depannya sendiri, dan pendidikan adalah kunci untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak perempuan muda untuk berani menolak pernikahan dini dan memperjuangkan hak-hak mereka.
Perjuangan Ning Imaz mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan dan kesetaraan gender dalam membangun masyarakat yang adil dan sejahtera. Kisahnya menjadi bukti bahwa perempuan memiliki peran penting dalam membangun masa depan bangsa.