Majlis Kajiwan Kajen Angkat Tema “Simulakra” sebagai Refleksi Sosial


Mediapati.com, Kajen - Majlis pengajian Kajiwan yang diinisiasi warga Desa Kajen kembali melaksanakan ngaji bareng ke-14 pada Jumat (22/8/2025). Pada kesempatan ini, isu yang diangkat berkaitan dengan “Simulakra” untuk merespon fenomena sosial-politik yang belakangan banyak diperbincangkan, baik di Kabupaten Pati maupun di Indonesia pada umumnya.

Pemilihan tema ini dilatarbelakangi oleh semakin kaburnya batas antara realitas dan kebohongan yang dikemas sedemikian rupa, terutama di era derasnya arus informasi media sosial. Forum pengajian ini menjadi ruang refleksi bersama agar masyarakat lebih jernih dalam melihat realitas kehidupan dan tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang simpang siur.

Sebagai pemantik diskusi, Muhammad Aniq KHB menyinggung relevansi konsep Simulakra dalam kehidupan masa kini. Menurutnya, masyarakat kerap dibombardir fakta yang tidak sesuai dengan realitas objektif. Media sosial, misalnya, sering kali menampilkan kehidupan yang telah dimanipulasi oleh kepentingan politik, ambisi kekuasaan, dan faktor-faktor lain yang menyebabkan masyarakat kesulitan dalam melihat kebenarannya. Inilah yang disebut sebagai era post truth dimana emosi lebih dominan dibandingkan fakta, sehingga orang cenderung percaya pada informasi yang sesuai dengan perasaannya meski belum tentu benar.

Aniq mengingatkan agar masyarakat tidak terjebak pada sikap fanatik atau kaku terhadap suatu peristiwa. Ia mencontohkan kisah Nabi Ibrahim AS yang lahir dari ayah pembuat berhala bernama Azar, serta kisah Kan’an, putra Nabi Nuh AS, yang menolak seruan ayahnya hingga akhirnya tenggelam bersama kaum kafir. Kisah-kisah ini, menurutnya, menjadi pelajaran bahwa kemuliaan atau kehinaan seseorang tidak selalu ditentukan oleh garis keturunan.

Lebih jauh, Aniq juga menyampaikan refleksi dari kehidupan sehari-hari. Ia mencontohkan bagaimana seseorang bisa merasa minuman kopi adalah solusi terbaik untuk mengatasi stres atau masalah, atau pendapat seorang ulama yang menyebut hubungan suami-istri dapat menambah kecerdasan dan memudahkan seseorang dalam menemukan ide-ide. Semua itu adalah bentuk kesadaran yang lahir dari pengalaman hidup masing-masing, tidak bisa langsung dijadikan dasar agar diikuti oleh setiap orang. 

Majlis Kajiwan ini berjalan secara interaktif, bukan monolog, sehingga setiap peserta diberi ruang untuk menyampaikan pandangan. Suasana hangat dan terbuka menjadikan forum ini tidak hanya sebagai ruang belajar, tetapi juga ajang bertukar gagasan. 

Salah satu peserta, Isyrokh Fuaidi, menilai pentingnya memperkaya wawasan agar tidak mudah terombang-ambing oleh informasi atau kepentingan yang menyesatkan. Ia menegaskan bahwa sikap moderat yang cenderung tidak membela antara menyalahkan atau membenarkan suatu pandangan dapat dianggap sebagai bentuk kemunafikan. Dalam beberapa konteks, menurutnya, sikap yang tegas justru lebih dibutuhkan untuk menunjukkan suatu kebenaran yang dipilih. 

Melalui majlis Kajiwan, peserta yang terdiri dari masyarakat Desa Kajen dan sekitarnya sudah beberapa kali menyelenggarakan ngaji bareng dan membahas isu-isu keagamaan khususnya terkait dengan kesadaran manusia dalam kacamata spiritual, Jawa atau perspektif lainnya. Forum ngaji ini diupayakan terus diadakan secara rutin untuk membangun ruang dialog yang sehat, terbuka dan reflektif.

Lebih baru Lebih lama