Mengenal Gus Umar, Tokoh Pergerakan Muda Dari Kajen Pati


KH Abdullah Umar Fayumi atau Gus Umar termasuk sosok yang cukup populer di kalangan santri di Jawa Tengah khusus Pati. Gus Umar adalah putra bungsu pasangan KH Ahmad Fayumi Munji dan Nyai Hj Yuhanidz Fayumi. Kedua orang tuanya adalah pendiri Pesantren Raudlatul Ulum Kajen, Margoyoso, Pati yang nasabnya tersambung kepada waliyullah Syekh Ahmad Mutamakkin Kajen.

Selain diakui sebagai sosok yang cerdas dan alim dalam ilmu agama, Gus Umar dapat disebut sebagai tokoh pergerakan dalam beberapa aktivitas dakwah dan pengembangan masyarakat. Kealiman Gus Umar dapat dengan mudah diketahui dari perjalanan intelektualnya, karya yang ditulisnya, dan sumber tutur dari masyarakat luas. Gus Umar pernah menimba ilmu di pondok Sarang yang diasuh KH Maimun Zubair selama setahun, kemudian melanjutkan ke Makkah mendalami ilmu tafsir dan hadist dengan Syaikh Ahmad selama delapan tahun. Kecerdasannya salah satunya dibuktikan mampu menghafal Al-Quran hanya dalam waktu 10 bulan saat berada di Makkah. Uniknya bahwa sampe beliau meninggal, hampir tidak ada yang tahu bahwa ternyata Gus Umar adalah seorang hafidhul Quran. Hal itu baru diketahui khalayak pada saat pemberangkatan jenazah dimana KH Muadz Thohir, salah satu paman dan guru Gus Umar, menyampaikan hal itu.

Beliau memiliki karya berbahasa Arab berjudul Funun al-Sa'adah fi Tahqiqil Hayah at-Tayyibah Ala Dhauil Ushul al-Hikmah Alkhalidah (Seni Kehidupan untuk mewujudkan hidup yang baik sesuai dasar-dasar Kebijaksanaan Abadi). Kemudian Futuhat an-Nur (terfutuhnya cahaya) yang berkisah tentang pengalaman spiritualnya. Dari sumber lain menyebutkan bahwa Gus Umar juga menulis Kitab Qawafil Al Thaah yang isinya mentakhrij hadist-hadist Nabi.

Aktivis Pergerakan
Sisi lain yang kurang diketahui oleh banyak orang dari Gus Umar adalah aktivitas dan perhatiannya dalam bidang dakwah dan pengembangan masyarakat. Gus Umar sering dipandang sebagai sosok kyai yang cerdas dan kompeten dalam ilmu agama. Tapi menurut banyak sumber khususnya dari sahabat dan orang-orang yang akrab membersamai beliau, Gus Umar juga merupakan sosok aktivis pergerakan.

Dalam kegiatan dakwah, Gus Umar yang tinggal di desa Kajen memiliki kegiatan pengajian-pengajian agama di luar desa yang cukup padat, bahkan sering melakukan safari dakwah di wilayah-wilayah luar seperti di Papua dan daerah lainnya. Di Papua, Gus Umar sempat mendapat kehormatan khusus dari pimpinan perempuan gereja se Papua yang memakaikan semacam pakaian simbolik di kepala Gus Umar.  Perempuan tersebut mengisahkan bahwa ia sudah bertemu dengan Gus Umar sebelum bertemu secara fisik. Majlis pengajian Gus Umar memang tersebar di banyak titik khususnya di wilayah Kabupaten Pati dengan mengajarkan kitab-kitab salaf untuk masyarakat umum. Kajian kitabnya berbeda-beda seperti kitab karya Imam Ghazali, Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, Imam Mawardi, Ibn Ata Allah as-Sakandari, Ibnu Arabi dan lainnya. Meski kitab yang diajarkan Gus Umar termasuk kitab yang cukup tinggi pemahamannya di kalangan pesantren, Gus Umar mampu menghadirkannya dengan penjelasan yang mudah diterima publik dan sering menyinggung permasalahan-permasalahan aktual di masyarakat. Seperti saat menerangkan isi kitab Al-Hikam karya Ibnu Ataillah yang memiliki gaya bahasa yang padat dan lugas sehingga tidak semua orang mudah memahaminya, Gus Umar menerangkannya dengan bahasa-bahasa yang sederhana dan ilustrasi pemisalan yang nyata di masyarakat.  

Gaya santun dan ilmiah yang disampaikan dalam forum-forum ngaji membuat Gus Umar memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengikutnya yang sangat beragam. Para santri dan pengikut yang sering ngaji dengannya terdiri dari berbagai latarbelakang, baik dari kalangan santri, pelaku usaha, abangan, dan masyarakat awam. Dari tuturkata salah satu santri dan sahabat beliau, Gus Umar sering membuat titik-titik majlis ilmu di banyak tempat sebagai safari dakwah untuk menyebarkan nilai-nilai kehidupan yang sesuai ajaran agama. Biasanya ketika majlis ilmu tersebut dapat digantikan oleh seseorang, maka Gus Umar mendelegasikannya untuk dilanjutkan dan beliau melanjutkan safari dakwahnya di tempat-tempat yang lain. Kitab-kitab yang dibaca merupakan kitab-kitab salaf (kitab kuning) di kalangan pesantren, tetapi penyampaiannya selalu dapat dikemas secara modern baik dari retorika bahasa, maupun contoh konkritnya . Dapat dibilang bahwa Gus Umar mampu menghadirkan Islam yang sejuk, nilai-nilai dan ajaran agama disampaikan secara relevan dalam konteks yang sesuai perkembangan zaman. Safari dakwah yang dilakukan menjadi contoh sebagai gerakan dakwah kontekstual yang menghadirkan Islam benar-benar penuh kasih sayang bagi semesta alam, Islam rahmatan lil alamin.

Gus Umar mampu menjalin keakraban dengan semua lapisan masyarakat tanpa menunjukkan rasa keberpihakan pada kelompok tertentu. Dikisahkan bahwa Gus Umar juga akrab dengan komunitas atau persatuan para dukun di Pati. Beberapa ritual adat para dukun secara bertahap mampu dirubah olehnya dengan cara yang elegan. Seperti saat proses penjamasan keris yang biasanya dilakukan dengan menggunakan darah babi, maka oleh Gus Umar diganti dengan menggunakan air yang diambil dari makam-makam para wali. Proses pengambilannya pun didahului dengan pembacaan dzikir dan wirid yang benar.

Aktivis pemberdayaan masyarakat
Kegiatan dan program pemberdayaan masyarakat termasuk menjadi perhatian serius bagi Gus Umar. Menurut informasi dari laman situs PCNU Pati, beliau mendirikan Yayasan Laras Jagad yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Di daerah Kecamatan Tayu Pati, Gus Umar mempunyai program pemberdayaan petani yang belum terekspose secara publik. Dari kisah salah satu santri beliau, majlis-majlis pengajian yang dibangun Gus Umar sebenarnya tidak hanya melulu ngaji tentang agama, Gus Umar berharap majlis tersebut memiliki kegiatan dan program yang konkrit yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat seperti program ekonomi, sosial dan lain sebagainya. Ide-ide dan gagasan yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat akan mudah ditemui dari sahabat dan santri Gus Umar yang intens mendampinginya.

Penulis: Isyrokh Fuaidi, 1 September 2023
Lebih baru Lebih lama